Minggu, 15 Juni 2008

Kemana

Kemana menabur benih
Jika sawah kami tak berbatas lagi
Hanya hamparan hitam pekat terus bergerak
Pancarkan hawa panas hingga menguliti tubuh kami yang kelaparan
dan kehilangan tempat untuk taburkan harapan akan mengepul lagi dapur kami
dengan padi dari sawah ini

Kemana kami berteduh
Ketika rintik-rintik hujan mulai menghujam ke bawah
menjadi aliran air dahsyat
dengan petir menggelegar
Jika batu-batu yang telah kami susun
penuh cucuran keringat
menjadi istana kami

Tempat merajut selaksa mimpi
Kini telah tertutup hitam
yang mencekam dan sebarkan bau
menusuk hidung kami
Mengoyak raga kami
Goreskan luka di jiwa kami
Robohkan asa kami

Kemana kami berlindung
Saat sinar matahari mengganas
mencabik-cabik bumi
Baurkan hawa panas
ke seluruh makhluk
Panaskan kulit kami
merasuk ke tulang
Hingga berikan derita di jiwa kami
yang kini tak lagi mampu
mencari tempat berlindung

Karna istana kami
yang masih baru
Bahkan hutang untuk bangun istana itu masih ada di pundak kami
kini tak lagi berbentuk

Bahkan kami pun tak tahu
Di mana letak istana baru kami
Hanya hitamnya lumpur panas
yang semakin mencekam
Memenjara jiwa kami
Memutus asa kami

Hingga kami hanya mampu tertegun
diam laksana patung
Hanya saksikan lompor itu melahap ganas segala yang telah kami bangun
puluhan tahun

penuh cucuran keringat dan derita kami
hitam yang tak bersahabat bagi kami saat ini
akhirnya merenda kami dalam kehitaman entah sampai kapan

Tidak ada komentar:

Theme designed by