Minggu, 15 Juni 2008

Kembali

Aku harus kembali
Kembali ke rumah Alloh
Kembali dalam lindungan dan kasih sayang Alloh
Meramaikan bumi dan langit dengan sujud demi sujud
Ruku' demi ruku'menghiasi dengan lantunan dzikir
dan amal-amal shalih yang semuanya
membuka pintu-pintu langit

Aku harus kembali
Kembali seperti salafus shalih
yang memakmurkan bumi dengan
sujud dan ruku'nya
Yang memperindah alam melalui
untaian dzikir-dzikirnya
Peka terhadap gerakan alam
Ditangisi kepergiannya oleh alam

Aku tidak ingin menjadi orang dalam Q.Al Ankabut: 40
"Maka masing-masing mereka itu Kami siksa disebabkan dosanya.
Maka di antara mereka ada yang kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil.
Dan ada diantara mereka ada yang timpa suara keras yang mengguntur.
Dan diantara mereka ada yang kami benamkan ke dalam bumi dan diantara mereka ada yang kami tenggelamkan.
Dan Alloh sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri."

Aku harus segera kembali
sebelum titik akhirku di dunia tiba

Kala

Kala pesawatku
tak mampu terbang
Menukik tajam
Hilang terhempas pusaran air

Kala kapal modernku
tak sekuat kapal nabi nuh
Keropos oleh waktu
Hingga air laut bebas menyelinap di antara lubang itu
Tenggelam satu-satunya pilihan

Kala relku tak lagi kuat
Hingga keretaku tak mampu
berjalan kokoh diatasnya
Roda-roda besi tak bersahabat lagi
dengan rel-rel
Mampu gulingkan gerbong hidup

Kala hutanku menguning
Bara api menari gemulai
Di atas sisa-sisa pohon
Meranggas hijaunya zamrud
hanyalah sejarah silam

Kala bumiku semburkan amarah
Terluka karna tangan keserakahan
Hitamnya lumpur tak terbendung
Damainya desa tinggal kenangan

Kala putihnya beras laksana mutiara
tak terjangkau lagi
Asap dapur pun menghilang

Kala roda hidup mulai menghimpit
Tiada tempat berteduh selain hati nan beriman
yang selalu merindu

Hanya kepada ALLOH Yang Maha Kuasa atas segalanya
Tempat gantungkan segala asa
harapan dan cita

Tanpa Harap

Kemana menabur harap
Kala bumiku tak lagi bersahabat
Hanya tangan-tangan hitam pekat
terus bergerak
laksana pasukan seribu negeri
Memacu pedang hitam
hancurkan rumah,sekolah, dan tempatku labuhkan harap

Kemana menabur harap
Kala mawar merahku
kini telah mengering kerontang
Kala melatiku telah menghitam

Kemana menabur harap
Kala diriku hanya berada
dalam lengkung kesunyian
yang terus menghitam
Bajuku pun mulai lusuh
Percikan hitam itu terus mengejarku
Tinggalkan noda tak terperi
Tenggelamkan segala asaku
Lenyapkan batu bata yang kutata puluhan tahun diantara deras keringatku

Kini remuk redam rasa dan tulangku
Hanya mampu terduduk
Di pojok kios tanpa harapan
Tanpa mimpi baru
Tanpa senyuman
Hanya beku
sebeku es

Diriku, diam
lelah
benci
dendam
Pada hitam yang telah dibuat oleh pengeruk harta

Kemana

Kemana menabur benih
Jika sawah kami tak berbatas lagi
Hanya hamparan hitam pekat terus bergerak
Pancarkan hawa panas hingga menguliti tubuh kami yang kelaparan
dan kehilangan tempat untuk taburkan harapan akan mengepul lagi dapur kami
dengan padi dari sawah ini

Kemana kami berteduh
Ketika rintik-rintik hujan mulai menghujam ke bawah
menjadi aliran air dahsyat
dengan petir menggelegar
Jika batu-batu yang telah kami susun
penuh cucuran keringat
menjadi istana kami

Tempat merajut selaksa mimpi
Kini telah tertutup hitam
yang mencekam dan sebarkan bau
menusuk hidung kami
Mengoyak raga kami
Goreskan luka di jiwa kami
Robohkan asa kami

Kemana kami berlindung
Saat sinar matahari mengganas
mencabik-cabik bumi
Baurkan hawa panas
ke seluruh makhluk
Panaskan kulit kami
merasuk ke tulang
Hingga berikan derita di jiwa kami
yang kini tak lagi mampu
mencari tempat berlindung

Karna istana kami
yang masih baru
Bahkan hutang untuk bangun istana itu masih ada di pundak kami
kini tak lagi berbentuk

Bahkan kami pun tak tahu
Di mana letak istana baru kami
Hanya hitamnya lumpur panas
yang semakin mencekam
Memenjara jiwa kami
Memutus asa kami

Hingga kami hanya mampu tertegun
diam laksana patung
Hanya saksikan lompor itu melahap ganas segala yang telah kami bangun
puluhan tahun

penuh cucuran keringat dan derita kami
hitam yang tak bersahabat bagi kami saat ini
akhirnya merenda kami dalam kehitaman entah sampai kapan

Sabtu, 14 Juni 2008

Cerita, Yuk!!!

Subhanallah, Alloh telah memberiku kehidupan yang menyenangkan.
Keluargaku nan selalu mendukungku, meskipun aku sering beraktivitas seharian di luar rumah, ayah dan ibuku tidak pernah protes.

Bahkan di hari libur aku pun sering harus tetap beraktivitas. Bahkan terkadang aku pun pulang larut malam untuk menyelesaikan tugas, ayah ibuku tetap tersenyum menyambutku.

Oia aku adalah seorang pendidik di sebuah sekolah dasar, setiap pergantian tahun ajaran baru aku mendapatkan guru-guru kehidupan yang baru. Yakni siswa-siswa baru di kelas satu.
Dari mereka inilah aku mempelajari banyak makna kehidupan selain kelucuan-kelucuan, tawa canda mereka yang selalu kurindukan.

Juga siswa-siswaku yang ada di kelas-kelas yang lain yang telah memberiku banyak pembelajaran yang bermakna, mereka tanpa segan menegurku bila berbuat kesalahan dan mengingatkanku.

Dari siswa-siswaku inilah aku terus melangkah penuh percaya diri menyongsong kemenangan meski kerikil kehidupan terkadang menghadang karena hidup berarti bergerak.

DIALOG

Seseorang berkata penuh wibawa
Saudara-saudara daerah ini harus dikosongkan
hari ini ada penggusuran
Semua harap menyingkir
Jangan ada yang menghalangi
Ada jerat hukum berat
Aku yang ada di dekat
Ah.......,sudah biasa tergusur, Pak!
Pamit, Pak!
Bumi ini masih luas
Masih ada kolong langit
dan kasur tanah
Seseorang berkata
Semua harus antri
Jangan berebut
Jatah sumbangan banjir ini terbatas
Tiap keluarga dapat 4 mie instan dan beras 1 kg
Aku yang sedang antri
Udahlah, Pak!
Cepat dibagi
Perut ini sudah melilit
Dua hari satu malam terdampar di atap
Tanpa sesuap nasi
Dingin di malam hari
Panas terpanggang surya di siang hari
Hanya air keruh dan parade sampah kutemui
Yang hanya diam membisu lambangkan penderitaan
Seseorang berkata bijak
Saudara-saudara harus segera mengungsi
Semburan lumpur hitam ini terus menyembur
Banjir lumpur melanda daerah ini
Kami menyediakan kebutuhan saudara
kami memberi uang sewa rumah
kami akan memberi rumah baru
kami memberi uang ganti rugi sesuai
kami berusaha semaksimal mungkin
Kami berada di pihak saudara sekalian
Kami memperjuangkan semua hak saudara
Tapi saudara-saudara
Kami tidak tinggal di sini
Karna ini bisa membahayakan bagi manusia
Kami tinggal di tempat yang memberikan aman dan nyaman
agar kami bisa berpikir strategis
hentikan semburan ini
kami butuh ketenangan untuk memunculkan ide cemerlang
Kami berjanji setiap saat setiap waktu siap untuk hadir ke sini
karna kami punya kendaraan kencang dan bagus
Aku yang jadi korban
Payah!keterlaluan!Serakah!kejam!keji!
tenggelam sudah
rumah yang kubangun dengan cucuran keringat
tenggelam sudah
sawah tempat tabur benih agar dapur mengepul
Tenggelam sudah
sekolah tempat meraih ilmu
tenggelam sudah
peristirahatan terakhir nenek moyang
hilang sudah fisik dan sejarah desa kami tinggal kenangan
Ah........tega sekali
Kemana kami berteduh
kemana anak kami bersekolah
kemana aku bekerja lagi
kapan kami dapatkan uang
bukan lagi janji
karna rumah itu kami bayar dengan uang bukan janji
Seseorang penuh antusias berkata
Saudara-saudara jangan khawatir
hari ini bantuan sangat melimpah
semuanya pasti kebagian
tidak usah berebut
tiap keluarga mendapatkan 10 kg beras, 5 liter minyak goreng
5 kaleng sarden, 1 dus mie instan,
Buat adik-adik kecil
jangan khawatir
kalian semua mendapatkan 10 bungkus permen, dan 2 bungkus jeli,
15 bungkus sosis dan 20 bungkus snack
Ingat saudara-saudara
bantuan melimpah ini
Dari bapak yang dermawan si A
dari kubu B yang bagus
jangan sampai lupa saudara
20,18,13, 15
Aku yang berkerumun
Wow .......ada banyak rezeki, nih
Tumben banyak banget
aku mengerutkan dahi
berpikir sejenak
oh....... pantas, nih
aku khan salah satu pemilik suara
sama dengan yang berkerumun lainnya
oh....alah...weleh....weleh
Mummet.....aku

Theme designed by