Sabtu, 03 November 2012

kolaborasi guru dan siswa dalam pembelajaran berdasarkan standar proses pp no 19 ayat 1 tahun 2005


KOLABORASI GURU DAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN
BERDASARKAN STANDAR PROSES PP NO 19 AYAT 1 TAHUN 2005

Standar proses pp no 19 ayat 1 tahun 2005
            Pembelajaran yang diamanahkan oleh Standar Proses PP No. 19 Tahun 2005, Pasal 19, ayat 1, Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Pembelajaran yang menyenangkan akan mampu meningkatkan keaktifan siswa di dalam proses pembelajaran juga sesuai dengan amanah Standar Proses PP No. 19 Tahun 2005, Pasal 19, ayat 1. Proses pembelajaran interaktif, inspiratif, menyenangkan,  menantang, dan memotivasi merupakan pembelajaran yang dikembangkan untuk mendukung implementasi dari Standar Proses PP No. 19 Tahun 2005, Pasal 19, ayat 1. Peranan guru dalam membina hubungan dengan siswa di dalam proses pembelajaran merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan. Bagaimanapun baiknya bahan ajar yang disajikan  jika tidak ada  hubungan timbal balik yang harmonis atau komunikasi dua arah yang baik antara  guru dan siswa, maka hampir dapat dipastikan  bahwa hasil yang akan diperoleh akan jauh dari harapan. Karena memang pada dasarnya setiap siswa memiliki potensi cerdas. Tetapi potensi ini tidak akan teraktualisasi optimal jika tidak distimulus dengan baik pula. Pembelajaran interaktif, inspiratif, menyenangkan,  menantang, dan memotivasi dapat terwujud dan juga terjadinya optimalisasi potensi kecerdasan yang dimiliki oleh  apabila di dalam proses pembelajaran, guru menggunakan model pembelajaran yang dapat merangsang kemmapuan siswa untuk belajar.Upaya mewujudkan pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik dapat dilakukan dengan menjalin hubungan yang erat antara guru dengan siswa. Memadukan potensi yang dimiliki oleh guru dan siswa sehingga akan memunculkan ketakjuban di dalam proses pembelajaran. Guru juga diharapkan mampu mengkolaborasikan antara siswa satu dengan siswa yang lainnya karena memiliki potensi yang berbeda-beda.
Mengkolaborasikan siswa yang memiliki kecerdasan majemuk
Menurut Dr. Howard Gardner kecerdasan adalah kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan manusia, kemampuan untuk menghasilkan persoalan-persoalan baru untuk diselesaikan, dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau memberikan penghargaan dalam budaya seseorang. Gardner membagi kecerdasan secara garis besar terbagi atas delapan kecerdasan. Semua siswa memiliki delapan kecerdasan tersebut, yang membedakan satu dengan yang lainnya adalah kecerdasan yang berkembang lebih menonjol dari masing-masing siswa berbeda-beda. Delapan kecerdasan tersebut antara lain kecerdasan linguistik, musik, visual spasial, kinestetik, logika matematika, natural, intrapersonal, dan interpersonal.
            Ciri- ciri siswa yang kecerdasan linguistik lebih berkembang antara lain menyenangi puisi dan cerita-cerita, senang membaca dan menulis, mudah mengungkapkan perasaan dengan kata-kata, baik lisan maupun tulisan. Siswa yang kecerdasan musik berkembang memiliki kecenderungan dapat dan senang memainkan alat musik, senang menyanyikan lagu atau mendengarkan musik dimana saja, peka terhadap nada dan irama, dapat membedakan bunyi berbagai alat musik, menyukai pelajaran seni suara, suka bersenandung ataupun mengetukkan jari sesuai irama musik. 
            Siswa dengan kecerdasan visual spasial yang menonjol akan lebih menyukai bidang seni rupa (lukisan, patung, dll), dapat mengembangkan gambaran suatu ruang dari beberapa sudut yang berbeda, menyukai bacaan yang penuh oleh gambar-gambar berwarna,senang merekam peristiwa / kejadian dengan video kamera. Ciri-ciri siswa yang kecerdasan kinestetik menyukai aktifitas olahraga, menyukai gerak tubuh, memikirkan suatu masalah dengan melakukan banyak gerakan, menyukai pelajaran olahraga dan keterampilan, lebih mudah mengingat sesuatu dengan melakukan gerakan daripada melihat atau mendengar.
            Siswa yang perkembangan kecerdasan logika matematika lebih banyak proporsinya dibandingkan dengan kecerdasan lainnya menyukai hal-hal yang berhubungan dengan angka dan menghitung, menyukai eksperimen dan pengembangan ilmu pengetahuan terbaru, menyukai pelajaran matematika dan IPA, senang menganalisa yang dikaitkan dengan logika. Siswa yang memiliki krcerdasan natural lebih menonjol akan lebih senang memelihara binatang dan merawat tanaman, mempunyai minat besar terhadap pengetahuan tentang kehidupan flora dan fauna, menyukai kegiatan yang berhubungan dengan alam, seperti berkebun dan memancing, menyukai pelajaran biologi, dan mempunyai perhatian besar terhadap masalah lingkungan hidup, konservasi alam, dll.
            Siswa dengan kecerdasan interpersonal lebih berkembang lebih menyukai pekerjaan yang berhubungan dengan orang lain atau dalam kelompok, menyenangi permainan yang melibatkan banyak peserta, pandai berkomunikasi bahkan memanipulasi, jika mempunyai masalah mereka senang membicarakannya dengan orang lain, dan banyak orang lain yang datang minta pendapat kepadanya, karena ia dapat bersimpati kepada mereka. Ciri-ciri dengan kecerdasan intrapersonal menonjol lebih memiliki buku catatan harian untuk mengungkapkan perasaannya, sensitif terhadap nilai diri, menyadari akan kelebihan dan kekurangannya sendiri, lebih senang menikmati rekreasi sendirian, misalnya : memancing atau menyepi ke pegunungan, menentukan dan memutuskan sendiri langkah yang akan dipilih. Keragaman kecerdasan yang dimiliki oleh siswa-siswa merupakan potensi besar yang harus terus distimulus agar terus berkembang dan bukan untuk dimatikan.
            Siswa yang memiliki kecerdasan majemuk ini dikolaborasikan secara optimal sesuai dengan kecerdasan yang menonjol pada diri siswa. Maka ketika pembelajaran bahasa Indonesia memberikan kesempatan kepada siswa yang kecerdasan bahasanya menonjol. Ketika pembelajaran olahraga memberikan kesempatan kepada siswa yang memiliki kecerdasan kinestetik untuk banyak berperan. Ketika pembelajaran IPA memberikan kesempatan pada siswa yang memiliki kecerdasan natural memimpin dan seterusnya sesuai dengan kecerdasan yang menonjol pada siswa. Melalui pemberian kesempatan pada siswa ini maka semua siswa merasa dihargai dan mampu melakukan kolaborasi di dalam proses pembelajaran.
Kolaborasi guru dan siswa dalam gaya belajar dan mengajar
Secara garis besar siswa memiliki tiga gaya belajar yakni visual, auditori, dan kinestetik. Bagi siswa yang memiliki  gaya belajar visual, yang memegang peranan penting adalah mata / penglihatan ( visual ). Siswa  yang mempunyai gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya untuk mengerti materi pelajaran. Mereka cenderung untuk duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas. Mereka berpikir menggunakan gambar-gambar di otak mereka dan belajar lebih cepat dengan menggunakan tampilan-tampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran bergambar, dan video. Di dalam kelas, anak visual lebih suka mencatat sampai detil-detilnya untuk mendapatkan informasi. Ciri-ciri gaya belajar visual antara lain
Bicara
agak cepat, mementingkan penampilan dalam berpakaian/presentasi, tidak mudah terganggu oleh keributan, mengingat yang dilihat dari pada yang didengar, lebih suka membaca dari pada dibacakan, pembaca cepat dan tekun,
seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan tapi tidak pandai memilih kata-kata,
lebih suka melakukan demonstrasi dari pada pidato, lebih suka musik dari pada seni
mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya.
            Siswa yang memiliki gaya belajar auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga ( alat pendengarannya ). Siswa yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru katakan. Siswa  auditori dapat mencerna makna yang disampaikan melalui tone suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal auditori lainnya. Informasi tertulis terkadang mempunyai makna yang minim bagi siswa auditori mendengarkannya. Siswa  seperti ini biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan kaset. Ciri-ciri gaya belajar auditori antara lain saat bekerja suka bicaa kepada diri sendiri, penampilan rapi, mudah terganggu oleh keributan, belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat, senang membaca dengan keras dan mendengarkan, menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca, biasanya ia pembicara yang fasih, lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya, lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik, mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan visual, berbicara dalam irama yang terpola, dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, berirama dan warna suara.
            Siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik  belajar melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan. Siswa  seperti ini sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi sangatlah kuat. Siswa yang bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan. Ciri-ciri gaya belajar kinestetik antara lain berbicara perlahan, penampilan rapi, tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan, belajar melalui memanipulasi dan praktek, menghafal dengan cara berjalan dan melihat, menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca, kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita, menyukai buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca, menyukai permainan yang menyibukkan, tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang pernah berada di tempat itu, menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka, menggunakan kata-kata yang mengandung aksi. Siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik memiliki kesan tidak bisa diam di dalam kelas karena membutuhkan ruang  untuk mengekspresikan apa yang telah mereka pelajari dan sebagai gaya mereka di dalam menyerap pembelajaran yang telah diberikan oleh gurunya. Keragaman gaya belajar yang dimiliki oleh siswa ini membuat kelas membutuhkan variasi dalam pembelajaran agar semua gaya belajar siswa dapat terpenuhi secara optimal dan menjadikan kelas lebih hidup serta menarik untuk belajar. Setiap siswa pada dasarnya memiliki ketiga gaya belajar tersebut hanya saja proporsinya berbeda-beda dan ada salah satu dari gaya belajar tersebut yang lebih dominan dipakai daripada yang lainnya sehingga ada kecenderungan gaya belajar tertentu.
            Dalam proses pembelajaran maka guru perlu memperhatikan gaya belajar yang dimiliki oleh siswa sehingga gaya mengajar yang diberikan oleh guru tepat sasaran. Ketepatan dalam mengkolaborasikan antara gaya mengajar guru dan gaya belajar siswa akan terciptanya proses pembelajaran yang menggairahkan dan menyenangkan. Guru diharapkan memiliki kemampuan untuk melakukan kolaborasi gaya mengajarnya sesuai dengan gaya belajar siswa. Di dalam kelas gaya belajar yang ditampilkan siswa berbeda-beda sehingga guru diharapkan mampu mengkolaborasikan gaya mengajarnya lebih aneka ragam untuk memenuhi gaya belajar siswa agar memperoleh kesejahteraan selama proses pembelajaran terjadi. Yang lebih penting juga guru dalam berinteraksi dengan siswa menyelaraskan antara bahasa tubuh dengan bahasa verbal sehingga siswa merasakan kenyamanan ketika berada di dalam proses pembelajaran.

Tidak ada komentar:

Theme designed by