KOLABORASI GURU DAN SISWA DALAM
PEMBELAJARAN
BERDASARKAN STANDAR PROSES PP NO 19
AYAT 1 TAHUN 2005
Standar
proses pp no 19 ayat 1 tahun 2005
Pembelajaran
yang diamanahkan oleh Standar Proses PP No. 19 Tahun 2005, Pasal 19, ayat 1, Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Pembelajaran yang menyenangkan akan mampu
meningkatkan keaktifan siswa di dalam proses pembelajaran juga sesuai dengan
amanah Standar Proses PP No. 19 Tahun
2005, Pasal 19, ayat 1. Proses pembelajaran interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, dan memotivasi merupakan
pembelajaran yang dikembangkan untuk mendukung implementasi dari Standar Proses
PP No. 19 Tahun 2005, Pasal 19, ayat 1. Peranan guru dalam membina hubungan dengan siswa di dalam proses
pembelajaran merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan. Bagaimanapun
baiknya bahan ajar yang disajikan jika tidak ada hubungan timbal
balik yang harmonis atau komunikasi dua arah yang baik antara guru dan siswa, maka hampir dapat dipastikan
bahwa hasil yang akan diperoleh akan jauh dari harapan. Karena memang pada
dasarnya setiap siswa memiliki potensi cerdas. Tetapi potensi ini tidak akan
teraktualisasi optimal jika tidak distimulus dengan baik pula. Pembelajaran interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi dapat terwujud dan juga terjadinya
optimalisasi potensi kecerdasan yang dimiliki oleh apabila di dalam proses pembelajaran, guru
menggunakan model pembelajaran yang dapat merangsang kemmapuan siswa untuk
belajar.Upaya mewujudkan pembelajaran yang interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik dapat
dilakukan dengan menjalin hubungan yang erat antara guru dengan siswa.
Memadukan potensi yang dimiliki oleh guru dan siswa sehingga akan memunculkan
ketakjuban di dalam proses pembelajaran. Guru juga diharapkan mampu
mengkolaborasikan antara siswa satu dengan siswa yang lainnya karena memiliki
potensi yang berbeda-beda.
Mengkolaborasikan
siswa yang memiliki kecerdasan majemuk
Menurut Dr. Howard Gardner kecerdasan adalah kemampuan untuk
menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan manusia, kemampuan untuk menghasilkan persoalan-persoalan baru
untuk diselesaikan, dan kemampuan untuk menciptakan
sesuatu atau memberikan penghargaan dalam budaya seseorang. Gardner membagi kecerdasan secara garis besar
terbagi atas delapan kecerdasan. Semua siswa memiliki delapan kecerdasan
tersebut, yang membedakan satu dengan yang lainnya adalah kecerdasan yang
berkembang lebih menonjol dari masing-masing siswa berbeda-beda. Delapan
kecerdasan tersebut antara lain kecerdasan linguistik, musik, visual spasial,
kinestetik, logika matematika, natural, intrapersonal, dan interpersonal.
Ciri- ciri siswa yang kecerdasan linguistik lebih berkembang antara lain menyenangi puisi dan
cerita-cerita, senang membaca dan menulis, mudah mengungkapkan perasaan dengan
kata-kata, baik lisan maupun tulisan. Siswa yang kecerdasan musik berkembang
memiliki kecenderungan dapat dan senang memainkan alat musik, senang menyanyikan
lagu atau mendengarkan musik dimana saja, peka terhadap nada dan irama, dapat
membedakan bunyi berbagai alat musik, menyukai pelajaran seni suara, suka
bersenandung ataupun mengetukkan jari sesuai irama musik.
Siswa dengan kecerdasan visual spasial yang menonjol akan
lebih menyukai bidang seni rupa (lukisan, patung, dll), dapat mengembangkan
gambaran suatu ruang dari beberapa sudut yang berbeda, menyukai bacaan yang
penuh oleh gambar-gambar berwarna,senang merekam peristiwa / kejadian dengan
video kamera. Ciri-ciri siswa yang kecerdasan kinestetik menyukai aktifitas
olahraga, menyukai gerak tubuh, memikirkan suatu masalah dengan melakukan
banyak gerakan, menyukai pelajaran olahraga dan keterampilan, lebih mudah
mengingat sesuatu dengan melakukan gerakan daripada melihat atau mendengar.
Siswa yang perkembangan kecerdasan logika matematika
lebih banyak proporsinya dibandingkan dengan kecerdasan lainnya menyukai
hal-hal yang berhubungan dengan angka dan menghitung, menyukai eksperimen dan
pengembangan ilmu pengetahuan terbaru, menyukai pelajaran matematika dan IPA,
senang menganalisa yang dikaitkan dengan logika. Siswa yang memiliki krcerdasan
natural lebih menonjol akan lebih senang memelihara binatang dan merawat
tanaman, mempunyai minat besar terhadap pengetahuan tentang kehidupan flora dan
fauna, menyukai kegiatan yang berhubungan dengan alam, seperti berkebun dan
memancing, menyukai pelajaran biologi, dan mempunyai perhatian besar terhadap
masalah lingkungan hidup, konservasi alam, dll.
Siswa dengan kecerdasan interpersonal lebih berkembang
lebih menyukai pekerjaan yang berhubungan dengan orang lain atau dalam
kelompok, menyenangi permainan yang melibatkan banyak peserta, pandai
berkomunikasi bahkan memanipulasi, jika mempunyai masalah mereka senang membicarakannya
dengan orang lain, dan banyak orang lain yang datang minta pendapat kepadanya,
karena ia dapat bersimpati kepada mereka. Ciri-ciri dengan kecerdasan
intrapersonal menonjol lebih memiliki buku catatan harian untuk mengungkapkan
perasaannya, sensitif terhadap nilai diri, menyadari akan kelebihan dan
kekurangannya sendiri, lebih senang menikmati rekreasi sendirian, misalnya :
memancing atau menyepi ke pegunungan, menentukan dan memutuskan sendiri langkah
yang akan dipilih. Keragaman kecerdasan yang dimiliki oleh siswa-siswa
merupakan potensi besar yang harus terus distimulus agar terus berkembang dan
bukan untuk dimatikan.
Siswa
yang memiliki kecerdasan majemuk ini dikolaborasikan secara optimal sesuai
dengan kecerdasan yang menonjol pada diri siswa. Maka ketika pembelajaran
bahasa Indonesia memberikan kesempatan kepada siswa yang kecerdasan bahasanya
menonjol. Ketika pembelajaran olahraga memberikan kesempatan kepada siswa yang
memiliki kecerdasan kinestetik untuk banyak berperan. Ketika pembelajaran IPA
memberikan kesempatan pada siswa yang memiliki kecerdasan natural memimpin dan
seterusnya sesuai dengan kecerdasan yang menonjol pada siswa. Melalui pemberian
kesempatan pada siswa ini maka semua siswa merasa dihargai dan mampu melakukan
kolaborasi di dalam proses pembelajaran.
Kolaborasi
guru dan siswa dalam gaya belajar dan mengajar
Secara garis besar siswa memiliki tiga gaya belajar
yakni visual, auditori, dan kinestetik. Bagi siswa
yang
memiliki gaya belajar visual, yang memegang peranan
penting adalah mata / penglihatan ( visual ). Siswa yang mempunyai gaya belajar visual harus
melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya untuk mengerti materi pelajaran.
Mereka cenderung untuk duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas. Mereka
berpikir menggunakan gambar-gambar di otak mereka dan belajar lebih cepat
dengan menggunakan tampilan-tampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran
bergambar, dan video. Di dalam kelas, anak visual lebih suka mencatat sampai
detil-detilnya untuk mendapatkan informasi. Ciri-ciri
gaya belajar visual antara
lain
Bicara agak cepat, mementingkan
penampilan dalam berpakaian/presentasi, tidak mudah terganggu
oleh keributan, mengingat yang dilihat dari pada yang didengar, lebih suka
membaca dari pada dibacakan, pembaca cepat dan tekun,
seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan tapi tidak pandai
memilih kata-kata,
lebih suka melakukan demonstrasi dari pada pidato, lebih suka
musik dari pada seni
mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika
ditulis, dan seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya.
Siswa yang
memiliki gaya belajar auditori mengandalkan
kesuksesan belajarnya melalui telinga ( alat pendengarannya ). Siswa yang
mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar lebih cepat dengan menggunakan
diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru katakan. Siswa auditori dapat mencerna makna yang disampaikan
melalui tone suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal
auditori lainnya. Informasi tertulis terkadang mempunyai makna yang minim bagi siswa auditori
mendengarkannya. Siswa
seperti ini
biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks dengan keras dan
mendengarkan kaset. Ciri-ciri gaya belajar auditori antara lain saat bekerja suka bicaa kepada diri sendiri, penampilan
rapi, mudah terganggu oleh keributan, belajar
dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat, senang
membaca dengan keras dan mendengarkan, menggerakkan bibir
mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca, biasanya ia
pembicara yang fasih,
lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya, lebih suka gurauan
lisan daripada membaca komik, mempunyai masalah dengan
pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan visual, berbicara
dalam irama yang terpola, dapat mengulangi kembali dan menirukan
nada, berirama dan warna suara.
Siswa
yang memiliki gaya belajar kinestetik belajar melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan. Siswa seperti ini sulit untuk duduk diam berjam-jam
karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi sangatlah kuat. Siswa
yang bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan. Ciri-ciri
gaya belajar kinestetik antara lain berbicara perlahan, penampilan
rapi, tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan, belajar
melalui memanipulasi dan praktek, menghafal dengan cara berjalan dan
melihat, menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca, kesulitan
untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita, menyukai
buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca, menyukai
permainan yang menyibukkan, tidak dapat mengingat geografi, kecuali
jika mereka memang pernah berada di tempat itu, menyentuh
orang untuk mendapatkan perhatian mereka, menggunakan
kata-kata yang mengandung aksi. Siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik memiliki kesan tidak
bisa diam di dalam kelas karena membutuhkan ruang untuk mengekspresikan apa yang telah mereka
pelajari dan sebagai gaya mereka di dalam menyerap pembelajaran yang telah
diberikan oleh gurunya. Keragaman gaya belajar yang dimiliki oleh siswa ini
membuat kelas membutuhkan variasi dalam pembelajaran agar semua gaya belajar
siswa dapat terpenuhi secara optimal dan menjadikan kelas lebih hidup serta
menarik untuk belajar. Setiap siswa pada dasarnya memiliki ketiga gaya belajar
tersebut hanya saja proporsinya berbeda-beda dan ada salah satu dari gaya
belajar tersebut yang lebih dominan dipakai daripada yang lainnya sehingga ada
kecenderungan gaya belajar tertentu.
Dalam proses
pembelajaran maka guru perlu memperhatikan gaya belajar yang dimiliki oleh
siswa sehingga gaya mengajar yang diberikan oleh guru tepat sasaran. Ketepatan
dalam mengkolaborasikan antara gaya mengajar guru dan gaya belajar siswa akan
terciptanya proses pembelajaran yang menggairahkan dan menyenangkan. Guru
diharapkan memiliki kemampuan untuk melakukan kolaborasi gaya mengajarnya
sesuai dengan gaya belajar siswa. Di dalam kelas gaya belajar yang ditampilkan
siswa berbeda-beda sehingga guru diharapkan mampu mengkolaborasikan gaya
mengajarnya lebih aneka ragam untuk memenuhi gaya belajar siswa agar memperoleh
kesejahteraan selama proses pembelajaran terjadi. Yang lebih penting juga guru
dalam berinteraksi dengan siswa menyelaraskan antara bahasa tubuh dengan bahasa
verbal sehingga siswa merasakan kenyamanan ketika berada di dalam proses
pembelajaran.